Tentang GSRI Kebayoran Baru
Sejarah Gereja Santapan Rohani Indonesia (GSRI /(Gereja Ling Liang Indonesia)
Gambaran sejarah pertumbuhan dan perkembangan Gereja Santapan Rohani Indonesia (GSRI) baik dilingkup internasional yang bernaung dalam wadah Ling Liang World Wide Evangelistic Mission Association (LLWWEMA), maupun GSRI yang ada di Indonesia yang bernaung dalam satu wadah yaitu Sinode GSRI.
- Sejarah Ling Liang World Wide Evangelistic Mission Association (LLWWEMA)
Rev. Timothy Dzao Zse Kwang lahir di Shanghai pada tahun 1908. Pada tahun 1925 ia menghadiri kebaktian kebangunan rohani, Shanghai Great Revival. Di saat itulah ia memutuskan untuk menjawab panggilan Allah untuk melayani secara penuh waktu dan selanjutnya ia secara aktif terlibat dalam pelayanan penginjilan. Sekitar tahun 1949 ia menjadi penginjil yang paling banyak melakukan perjalanan penginjilan. Ia juga menjadi pendeta Tionghoa pertama yang menetapkan misi pelayanan ke seluruh dunia yang berhulu dari sebuah gereja lokal.
Antara tahun 1936 dan 1938, Rev. Timothy Dzao Zse Kwang menggembalakan sebuah gereja yang bernama Shanghai Covenant Church. Suatu ketika, setelah melayani dua kebaktian pengabaran Injil di sebuah pulau di Asia Tenggara, Rev. Timothy Dzao Zse Kwang merasakan desakan kuat dalam hatinya. “Sekaranglah waktunya bagi gereja-gereja Tionghoa untuk memberi bagi pemberitaan Injil. Kami mengharapkan bahwa gereja-gereja Tionghoa dapat mendirikan sebuah badan misi sebagai wadah bagi sumber daya dan dana yang khusus ditujukan untuk pekerjaan Allah di ladang misi luar negeri.”
Setelah Perang Pasifik yang ditandai dengan penyerangan Pearl Harbor pada tanggal 8 Desember 1941, pekerjaan misi di Tiongkok yang sebelumnya menerima dukungan dari badan misi negara asing menghadapi kesulitan dalam beroperasi. Situasi ini memberikan pencerahan bagi Rev. Timothy Dzao Zse Kwang dan rekan-rekannya untuk lebih serius lagi dalam visinya mendirikan badan misi non-denominasi sedunia yang berbasis pada gereja di Tionghoa.
Suatu malam pada bulan Juni 1942, Rev. Timothy Dzao Zse Kwang dan 5 orang rekannya berlutut berdoa di Shanghai, tepatnya di Taman Huang JiaSha. Mereka kemudian sepakat untuk memberi nama kepada badan misi yang mereka dirikan dengan nama “Ling Liang Church.”
Pada bulan Agustus 1942, Ling Liang Church memulai kebaktiannya di hari Minggu dengan menggunakan tempat ruang serbaguna di Sekolah Menengah Atas Xiejin, sedangkan ruang-ruang kelasnya digunakan sebagai Seminari dan Sekolah Alkitab untuk pendidikan para pendeta. Gereja Ling Liang di Shanghai ini selanjutnya menjadi gereja induk bagi Ling Liang World-Wide Evangelistic Mission, yang mulai beroperasi. Cabang-cabang dari gereja induk Ling Liang kemudian didirikan mulai September 1942 di Nanjing, Hangzhou, dan Suzhou.
Pada bulan Oktober 1942, Gereja Ling Liang di Shanghai dengan giat mengabarkan Injil kepada 2000-an tahanan Yahudi yang selamat dari penyiksaan rezim Nazi di bawah kekuasaan Hitler. Orang-orang Yahudi tersebut mengungsi ke daerah Hongqao. Sejumlah anggota gereja kemudian menawarkan bantuan dana bagi para pengungsi Yahudi itu. Bahkan dua orang rekan wanita, yaitu Esther Wang dan Minyuen Lee, memimpin penelaahan Alkitab dalam bahasa Inggris bagi para pengungsi Yahudi. Rev. Timothy Dzao Zse Kwang sendiri juga melayani kebaktian hari Minggu di Hongqao, yang diadakan setelah ibadah di gereja Ling Liang Shanghai. Hal ini terus berlangsung hingga akhir Perang Dunia II pada tahun 1945. Selama masa itu, Rev. Timothy Dzao Zse Kwang juga menyediakan bantuan dana dan bantuan lainnya kepada beberapa misionaris asing yang ditahan di Kamp Tahanan Jepang.
Pada tahun 1945, bertepatan dengan berakhirnya perang Sino-Jepang, Ling Liang World-Wide Evangelistic Mission ditetapkan secara resmi di Shanghai. Tujuan badan misi ini adalah: “Menjadi pengabar Injil Cina yang dipakai Tuhan sebagai pemberita Injil di tanah asing, dimulai dari Shanghai (Yerusalem), seluruh daratan Cina (Yudea), dan negara-negara di Timur Jauh (Samaria), hingga ke seluruh dunia.”
Dengan berdasar pada tujuan ini, Ling Liang World-Wide Evangelistic Mission mengerahkan seluruh usahanya untuk peluasan pelayanan Injil dimulai dari gereja asal Ling Liang di Shanghai dan daerah sekitarnya, menuju kota-kota besar di Selatan, Utara, dan Barat daratan Cina. Pelayanan itu kemudian dilanjutkan dengan pelayanan di desa-desa, pendirian sekolah taman kanak-kanak, sekolah dasar, panti asuhan, panti jompo, serta Eastern China Seminary di Suzhou sebagai tempat persiapan hamba Tuhan sebelum melayani sebagai gembala dan misionaris.
Pada musim gugur tahun 1947, Gereja Ling Liang mengangkat Rev. Chuanzhen Lan dan Rev. Moses Chou sebagai pendeta misionaris. Mereka kemudian diutus ke ladang penginjilan di luar daratan China. Rev. Lan dan istrinya diutus melayani cabang gereja Ling Liang di Calcutta, India, sedangkan Rev. Moses Chou ditugaskan melayani di Jakarta, Indonesia. Kedua hamba Tuhan tersebut melayani jemaat-jemaat Cina yang merantau keluar Cina maupun masyarakat lokal.
Lepas tahun 1949, Ling Liang World-Wide Mission melakukan ekspansi keluar dari wilayah Cina dan memulai pelayanan antara lain di Hong Kong, Taiwan, Asia Tenggara, Jepang, Amerika Utara, Inggris.
Pada tahun 1955 Rev. Timothy Dzao Zse Kwang mendirikan Universitas Kristen Gamaliel di Jakarta, Indonesia. Tahun berikutnya, pada bulan Februari 1956, ia mendirikan Sekolah Latihan Pengabar Injil di kota yang sama. Pelayanan pribadi Rev. Timothy Dzao Zse Kwang membawanya ke berbagai tempat di seluruh dunia. Ia banyak memimpin KKR untuk membawa kebangunan rohani baik bagi gereja-gereja di Cina maupun di negara-negara lain. Sebagai contoh, antara bulan Mei hingga Juni 1965 ia memimpin lebih dari 200 KKR di lima kota besar di Korea dan mengabarkan Injil kepada lebih dari setengah juta penduduk Korea. Ini adalah salah satu dari sekian banyak upaya Rev. Timothy Dzao Zse Kwang mengabarkan Injil lintas budaya.
Selama beberapa dasawarsa, Ling Liang World-Wide Evangelistic Mission telah menggunakan metode penanaman gereja sebagai pendekatan utama dalam pekerjaan misi. Sebagai contoh, sejak tahun 2003, Torrance Bread of Life Church telah terlibat dalam Misi Penginjilan Mexico (Mexico Outreach Missions atau Ling Liang para Mexico) di mana dibentuk pos-pos gereja untuk mengabarkan Injil bagi penduduk lokal Mexico. Pada saat ini, ada puluhan gereja Ling Liang atau Santapan Rohani yang tumbuh tersebar di berbagai negara. Gereja-gereja ini kemudian melanjutkan penanaman gereja baru baik di negara mereka sendiri atau di negara lain.
Inilah bukti sebagaimana dikemukakan Rev. Timothy Dzao Zse Kwang dalam bukunya “Journey of Missions” volume 2, halaman 87, yaitu bahwa Ling Liang World-Wide Evangelistic Mission adalah badan misi dan bukan denominasi; para misionaris bukanlah pekerja yang bergantung pada upah atau bayaran, melainkan pada iman bahwa Tuhanlah yang akan memberi kecukupan bagi mereka.
Setiap gereja Ling Liang, atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut Gereja Santapan Rohani, merupakan gereja yang mandiri dan independen dalam hal keputusan khususnya mengenai kebijakan gereja dan keuangan. Dengan demikian, walaupun tiap gereja tersebut memiliki keunikan masing-masing dalam hal pelayanan jemaat, ada kesamaan visi bagi seluruh gereja Ling Liang: membawa misi penginjilan sesuai dengan amanat agung Tuhan Yesus Kristus. Terpujilah Tuhan!
- Sejarah GSRI di Indonesia.
Sebelum Perang Dunia ke II, Pdt. Timothy Dzao Zse Kwang berbeban untuk bekerja di Indonesia. Maka pada tanggal 5 September 1941, beberapa saudara yang mengasihi Tuhan, antara lain Alm. Ny. Khouw Swan Nio, Alm. Ny. Khouw Hong Nio, Alm. Ny. Liem A Ten dan Alm. Ny. Tjoa Kim Djoan mempersembahkan sebuah rumah di Jl. Drossaersweg No. 185, Batavia yang sekarang dikenal dengan nama GSRI Jl. Tamansari 79 Jakarta Barat, untuk digunakan bagi pekerjaan Tuhan.
Maka dimulailah GEREJA SIDANG KRISTUS BATAVIA dan Pdt. Timothy Dzao Zse Kwang menjadi Gembala Sidang pertama sekaligus sebagai pendiri gereja tersebut.
Ketika terjadi Perang Dunia ke II, Pdt. Timothy Dzao Zse Kwang sedang berada di Shanghai, sehingga ia tidak dapat kembali ke Indonesia, pelayanannya di Batavia (Jakarta) kemudian diteruskan antara lain oleh Pdt. Lie Beng Tjoan dan Pdt. Jason Linn.
Pada bulan Desember 1942, Pdt. Timothy Dzao Zse Kwang mulai bekerja di Shanghai dengan tujuan “PERGI KE SELURUH BUMI BERITAKAN INJIL“, yang kemudian menjadi motto seluruh Gereja Santapan Rohani Indonesia dan siap melakukan penginjilan dan mengutus hamba-hamba Tuhan ke Indonesia.
Untuk itulah kemudian Pdt. Timothy Dzao Zse Kwang mendirikan LING LIANG WORLD-WIDE EVANGELISTIC MISSION ASSOCIATION (LLWWEMA) yang berpusat di Hongkong. Gereja Sidang Kristus Batavia yang sudah ada di Batavia (Jakarta) menjadi objek tempat penginjilannya. Selama tahun 1943, beberapa saudara dengan pertolongan Pdt. B.L. Ho yang juga membantu pelayanan Pdt. Timothy Dzao Zse Kwang mendirikan YAYASAN SIDANG KRISTUS BATAVIA yang berdiri sendiri.
Pada tahun 1949, Ling Liang World-Wide Evangelistic Mission mengutus Pdt. Moses Chow Chu Be dari Shanghai sebagai Missionari pertama ke Indonesia untuk membantu pelayanan Sidang Kristus Batavia dan bertugas sebagai Gembala Sidang.
Pada tanggal 5 Agustus 1950, melalui persetujuan bersama anggota Pengurus Yayasan Sidang Kristus Batavia dilakukan perubahan nama Yayasan Sidang Kristus Batavia menjadi Yayasan Ling Liang World-Wide Evangelistic Mission. Bangunan gedung gereja yang berbentuk rumah tinggal dipugar dan dibangun suatu gedung gereja baru.
Pada tanggal 25 Nopember 1950, gedung gereja yang baru dipersembahkan kepada Tuhan dan tanggal inilah yang sampai sekarang ditetapkan sebagai tanggal berdirinya GEREJA LING LIANG THANG.
Pdt. Moses Chouw Chu Be menggembalakan Sidang Jemaat Ling Liang Thang yang kemudian dirubah menjadi GEREJA SANTAPAN ROHANI TAMANSARI. Tahun 1949 – 1956, dalam masa penggembalaan Pdt. Moses Chouw Chu Be merupakan periode yang penting bagi perkembangan GEREJA SANTAPAN ROHANI INDONESIA. Selama periode ini ada beberapa hal penting yakni :
- Terdapat sebagian Jemaat yang kurang fasih berbahasa Indonesia, maka pada bulan Juli 1951 didirikanlah Pos Kuo Yu yang kini menjadi GEREJA SANTAPAN ROHANI INDONESIA KARTINI di Jl. Kartini VI No. 2, Jakarta Pusat.
- Tahun 1953, pertama kali GEREJA SANTAPAN ROHANI INDONESIA TAMANSARI mengutus misionari pertama ke Kalimantan Barat, yaitu Miss LO SOUW WEN, akan tetapi dalam waktu yang singkat ia dipanggil Tuhan karena terbunuh dalam suatu peristiwa. Ini adalah darah sahid pertama GEREJA SANTAPAN ROHANI INDONESIA. Sekarang ini kita bisa saksikan darahnya yang telah tertumpah tidaklah sia-sia, karena di Singkawang dan sekitarnya nama Tuhan dipermuliakan dan telah membuahkan GEREJA SANTAPAN ROHANI INDONESIA di sana.
- Sesuai dengan motto GEREJA SANTAPAN ROHANI INDONESIA, maka pada tahun itu pula dibuka Pengabaran Injil di Cikampek, Jawa Barat, kemudian di Karawang, Jawa Barat. Pelayanan ini dilayani oleh Alm Sdr.& Ny. Tan Lie dan Tan Bik Gwan (sekarang berdiam di Australia). Saat ini telah menjadi Gereja Santapan Rohani Indonesia Cikampek dan GSRI Karawang yang dilayani oleh Pdt. Yohanes Eddy dan GI. Rebekah Lukas (Istri Pdt. Yohanes Eddy).
- Dalam usaha untuk memenuhi rencana jangka panjang, Gereja Santapan Rohani Indonesia membuka Sekolah Latihan Pengabaran Injil di Kebayoran Baru, Tetapi sayang tidak berapa lama kemudian ditutup. Dari peristiwa ini kemudian berdirilah GEREJA SANTAPAN ROHANI INDONESIA KEBAYORAN BARU (gsrikb,com) yang bermula dari kebaktian “chapel” mahasiswa Sekolah Latihan Pengabaran Injil. Puji syukur kepada Tuhan, meskipun sudah ditutup selama 20 tahun, tetapi dengan anugerah Tuhan, gedung Sekolah Latihan Pengabaran Injil ini dikembalikan pada tahun 1979. Kemudian dengan visi dan tujuan yang sama dilanjutkan melalui INSTITUT MISI ALKITAB NUSANTARA (IMAN) yang dimulai tahun 1981, yang sekarang dikenal dengan nama SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA IMAN (STT IMAN) yang juga telah berbuah. Periode ini merupakan bagian penting GEREJA SANTAPAN ROHANI INDONESIA TAMANSARI, karena menjadi dasar bagi pelayanan Gereja Santapan Rohani Indonesia.
Tahun 1956, Pdt. Moses Chow Chu Be berangkat ke Amerika untuk studi dan Pdt. Timothy Dzao Zse Kwang kembali melayani di Gereja Santapan Rohani Indonesia Tamansari dibantu oleh Pdt. Tjung Wie Mie (Pdt. Nehemia Mimery) selama periode1958-1962.
Tanggal 27 Februari 1961, nama LING LIANG THANG diubah menjadi GEREJA SANTAPAN ROHANI INDONESIA dan selama periode 1962 – 1971 ini dilayani oleh Pdt. Timothy Lokananta.
VISI KAMI
Gereja Yang Beranggotakan Murid-Murid Kristus Sejati
MISI KAMI
Keseluruh Bumi Beritakan Injil
KOMITMEN KAMI
- Memikul Salib
- Bergereja
- Membaca Alkitab dan Melakukan Firman Tuhan
- Saling Mengasihi
- Memberitakan Injil